Beginilah kisah nya, menyambung cerita kemaren tentang
antusianya keponakan bertanya tentang kisah ku saat orientasi di awal menjadi
putih abu-abu. Dan akhirnya aku pun menginjakkan kaki di tanah koto baru ini,
sekolah berasrama dengan sejuta kenangan. Sebuah sekolah bernama Madrasah
Aliayah Negeri di desa koto baru
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Di desa yang terletak pada perbatasan
antar kota Bukit tinggi dengan Padang panjang, kurang lebih 10 kilometer ke
bukititnggi dan kurang lebih 10 kilomater ke kota padang panjang. Madrasahku
ini elok letaknya berada di tepi jalan lintas sumatera. Sungguh banyak
kenderaan yang berlalu melintasi jalananan ini, Truk besar yang kami sebut puso
dan hendak mengantarkan barang ke provinsi lain bahkan untuk keJakarta juga
melewati sekolah kami, kawan nak ke Padang pun juga melewati jalanan ini. Nan membuat cantik desa ini di
apit oleh dua buah gunung nan menjadi ikon sumatera barat, gunung merapi disebelah timur dan gunung singgalang di
sebelah barat, kedua gunung yang saling berhadap-hadapan menambah indahnya panorama
desa ini. Apalagi di tambah dengan udara nan sejuk serta hawa berkabut di pagi
hari.
Begitulah gambaran indah tentang pemandangan sekitar sekolah
ku, karena letaknya di jalan lintas sumatera dan sekolah ini juga merupakan
madrasah aliyah nomor satu di sumatera barat
ini, dan untuk jurusan program khusus keagamaan saat itu adalah
satu-satunya di pulau Sumatera, maka dari itu para siswa di sekolah ini banyak
yang berasal dari luar kota baru, bahkan banyak juga yang dari luar sumatera
barat. Termasuk diriku seorang anak pulau biasa makan ikan bilis terdampar di
gunung.
Akhirnya aku bisa masuk sekolah ini setelah melalui berbagai
tahapan test, saat itu aku tak tahu jika abang mendaftar kan aku di jurusan program khusus
keagamaan yang harus di pilih saat dudukk di bangku kelas satu serta di
wajibkan tinggal di asrama.
Masa tahun ajaran baru segera tiba, hari Senin pertengahan Juli
seingatku aku di antar oleh ayah uni, aku langsung masuk ke kamar 1A, kamar lantai
2 paling sebelah kanan berhadapan dengan pintu masuk, ya asrama kami mempunyai
dua lantai. Lantai atas dan lantai bawah, oh ya sebelumnya di Madrasah kami ada
3 asrama khusus putri yang di singkat ASPI (asrama putri), Asrama khusus anak
program khusus adalah ASPI 3, sementara aspi 1 dan 2 di huni oleh anak – anak dari
jurusan umum seperti : IPA, IPS dan Bahasa.
Dimana – mama setiap kita akan masuk kedalam sebuah lembaga,
baik itu sekolah, organisasi, kampus dan lainnya, pasti ada masa – masa
perkenalan/pelatihan/orientasi,begitu juga dengan sekolah ku, ada masa orienatasi nya yang saat
itu di kenal dengan istilah MOS, jadi ketika itu kami anak-anak baru yang masuk
asrama mengalami dua masa orientasi, dari jam 7 pagi hingga jam setengah lima
sore adalah aktivitas MOS disekolah, berlangsung selama tiga hari :Senin,
Selasa, Rabu. Sedangkan orientasi lainnya lagi adalah diasrama yang di kenal
dengan nama MAPERSA (Masa perkenalan Asrama), berlangsun selama seminggu dengan
batas waktu di luar MOS sekolah.
Ini tak pernah ada dalam pikiran ku sebelumnya. Pada awal
dan malam pertama diasrama aku langsung betah sebab aku bertemu dengan
teman-teman dan merasa senasib Karena
kami semua jauh dari orantua. Tapi tahukan kawan, kalau di malam – malam
selanjutnya adalah malam-malam penuh penderitaan (Istilahku) .Oh ya kami anak-anak baru di asrama ada sekitar 30
orang tapi kami tidak di tempatkan pada satu atau dua kamar khusus anak kelas
satu, melainkan pembagian kamar di gabung antara kelas satu, dua dan tiga. Aku
di tempatkan di kamar 1A bersama itin dari matur (bukittinggi) dan Sri alias
I’I dari Kota Padang kami bertiga kelas satu di kamar itu dan ada uni-uni kelas
2 yaitu : ni yeti linda dari Bengkulu,
niwirza dari dumai, sementara uni kelas 3 ada ni yem dari Sijunjung, ni Rini
dari pitalah Padangpanjang dan ni Ayuk dari Bengkulu. Seluruh penghuni di
asrama kami berasal dari latar belakang daerah yang berbeda-beda. Ketika di
awal perkenalan dengan kawan-kawan, aku langsung akrab dengan oja dari Kota
pinanng sumut, deka dari rantuparapat dan ega dari dumai. Entah mengapa kami langsung akrab berempat. Hmm apa
kami berasal dari luar sumaterabarat hingga kami belum lancar atau pasih betul
berbahasa minang. Soal kami berempat nanti lah aku ceritakan di cerita
selanjutnya bukan pada bab mapersa ini.
Kawan, tadi cerita tentang malam – malam selanjutnya
diasrama adalah malam-malam penuh penderitaaan selama setahun pertama tinggal
ku diasrama. Masa perkenalan di Asrama di singkat MAPERSA di mulai pada Minggu
malam, dimana siangnya kami begitu kelelahan menghadapi MOS di sekolah,
berpanas-panasan walau hawa desa koto baru ini terasa sejuk, namun tetap saja
di siang hari matahari menampakkan diri, hingga cuaca siang pun terasa pedih di
kulit, selama tiga hari aku menjalani MOS, itu cukup membuat kulit muka ku
hitam mengelupas, saat itu orang sini bilang manggareseng.aku tidak begitu mengingat secara detail aktifitas
Mos, pasti nya adalah baris berbaris, siap yang salah di suruh maju kedepan dan
disuruh apa saja yan diperintahkan senior. Disamping itu juga mencari tanda
tangan senior. Dan disuruh berbagai macam apa yan di perintahkna senior. Aku
ingat saat aku meminta tanda tangan salah seorang Senior dari MAN salah satu
pengurus OSIS, kakak tersebut bernama Abu dzar Ghifari, untuk mrndapatkan tanda
tangannya, aku di suruh menghitung luas lapangan volley ball dengan menggunakan
jengkal. Yaah, begitulah masa-masa Mos selama tiga hari yang kami lalui.
Bersambung
khkjhkhjgkjkg
ReplyDelete