MAPERSA PART III

Beginilah kisah nya, menyambung cerita kemaren tentang antusianya keponakan bertanya tentang kisah ku saat orientasi di awal menjadi putih abu-abu. Dan akhirnya aku pun menginjakkan kaki di tanah koto baru ini, sekolah berasrama dengan sejuta kenangan. Sebuah sekolah bernama Madrasah Aliayah Negeri  di desa koto baru Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Di desa yang terletak pada perbatasan antar kota Bukit tinggi dengan Padang panjang, kurang lebih 10 kilometer ke bukititnggi dan kurang lebih 10 kilomater ke kota padang panjang. Madrasahku ini elok letaknya berada di tepi jalan lintas sumatera. Sungguh banyak kenderaan yang berlalu melintasi jalananan ini, Truk besar yang kami sebut puso dan hendak mengantarkan barang ke provinsi lain bahkan untuk keJakarta juga melewati sekolah kami, kawan nak ke Padang pun juga melewati  jalanan ini. Nan membuat cantik desa ini di apit oleh dua buah gunung nan menjadi ikon sumatera barat, gunung merapi  disebelah timur dan gunung singgalang di sebelah barat, kedua gunung yang saling berhadap-hadapan menambah indahnya panorama desa ini. Apalagi di tambah dengan udara nan sejuk serta hawa berkabut di pagi hari.

Begitulah gambaran indah tentang pemandangan sekitar sekolah ku, karena letaknya di jalan lintas sumatera dan sekolah ini juga merupakan madrasah aliyah nomor satu di sumatera barat  ini, dan untuk jurusan program khusus keagamaan saat itu adalah satu-satunya di pulau Sumatera, maka dari itu para siswa di sekolah ini banyak yang berasal dari luar kota baru, bahkan banyak juga yang dari luar sumatera barat. Termasuk diriku seorang anak pulau biasa makan ikan bilis terdampar di gunung.
Akhirnya aku bisa masuk sekolah ini setelah melalui berbagai tahapan test, saat itu aku tak tahu jika abang  mendaftar kan aku di jurusan program khusus keagamaan yang harus di pilih saat dudukk di bangku kelas satu serta di wajibkan tinggal di asrama.
Masa tahun ajaran baru segera tiba, hari Senin pertengahan Juli seingatku aku di antar oleh ayah uni, aku langsung masuk ke kamar 1A, kamar lantai 2 paling sebelah kanan berhadapan dengan pintu masuk, ya asrama kami mempunyai dua lantai. Lantai atas dan lantai bawah, oh ya sebelumnya di Madrasah kami ada 3 asrama khusus putri yang di singkat ASPI (asrama putri), Asrama khusus anak program khusus adalah ASPI 3, sementara aspi 1 dan 2 di huni oleh anak – anak dari jurusan umum seperti : IPA, IPS dan Bahasa.
Dimana – mama setiap kita akan masuk kedalam sebuah lembaga, baik itu sekolah, organisasi, kampus dan lainnya, pasti ada masa – masa perkenalan/pelatihan/orientasi,begitu juga dengan  sekolah ku, ada masa orienatasi nya yang saat itu di kenal dengan istilah MOS, jadi ketika itu kami anak-anak baru yang masuk asrama mengalami dua masa orientasi, dari jam 7 pagi hingga jam setengah lima sore adalah aktivitas MOS disekolah, berlangsung selama tiga hari :Senin, Selasa, Rabu. Sedangkan orientasi lainnya lagi adalah diasrama yang di kenal dengan nama MAPERSA (Masa perkenalan Asrama), berlangsun selama seminggu dengan batas waktu di luar MOS sekolah.
Ini tak pernah ada dalam pikiran ku sebelumnya. Pada awal dan malam pertama diasrama aku langsung betah sebab aku bertemu dengan teman-teman  dan merasa senasib Karena kami semua jauh dari orantua. Tapi tahukan kawan, kalau di malam – malam selanjutnya adalah malam-malam penuh penderitaan (Istilahku) .Oh ya kami anak-anak baru di asrama ada sekitar 30 orang tapi kami tidak di tempatkan pada satu atau dua kamar khusus anak kelas satu, melainkan pembagian kamar di gabung antara kelas satu, dua dan tiga. Aku di tempatkan di kamar 1A bersama itin dari matur (bukittinggi) dan Sri alias I’I dari Kota Padang kami bertiga kelas satu di kamar itu dan ada uni-uni kelas 2 yaitu :  ni yeti linda dari Bengkulu, niwirza dari dumai, sementara uni kelas 3 ada ni yem dari Sijunjung, ni Rini dari pitalah Padangpanjang dan ni Ayuk dari Bengkulu. Seluruh penghuni di asrama kami berasal dari latar belakang daerah yang berbeda-beda. Ketika di awal perkenalan dengan kawan-kawan, aku langsung akrab dengan oja dari Kota pinanng sumut, deka dari rantuparapat dan ega dari dumai. Entah  mengapa kami langsung akrab berempat. Hmm apa kami berasal dari luar sumaterabarat hingga kami belum lancar atau pasih betul berbahasa minang. Soal kami berempat nanti lah aku ceritakan di cerita selanjutnya bukan pada bab mapersa ini.

Kawan, tadi cerita tentang malam – malam selanjutnya diasrama adalah malam-malam penuh penderitaaan selama setahun pertama tinggal ku diasrama. Masa perkenalan di Asrama di singkat MAPERSA di mulai pada Minggu malam, dimana siangnya kami begitu kelelahan menghadapi MOS di sekolah, berpanas-panasan walau hawa desa koto baru ini terasa sejuk, namun tetap saja di siang hari matahari menampakkan diri, hingga cuaca siang pun terasa pedih di kulit, selama tiga hari aku menjalani MOS, itu cukup membuat kulit muka ku hitam mengelupas, saat itu orang sini bilang manggareseng.aku tidak begitu mengingat secara detail aktifitas Mos, pasti nya adalah baris berbaris, siap yang salah di suruh maju kedepan dan disuruh apa saja yan diperintahkan senior. Disamping itu juga mencari tanda tangan senior. Dan disuruh berbagai macam apa yan di perintahkna senior. Aku ingat saat aku meminta tanda tangan salah seorang Senior dari MAN salah satu pengurus OSIS, kakak tersebut bernama Abu dzar Ghifari, untuk mrndapatkan tanda tangannya, aku di suruh menghitung luas lapangan volley ball dengan menggunakan jengkal. Yaah, begitulah masa-masa Mos selama tiga hari yang kami lalui. 
Bersambung

1 comment: